...The local language
Talking about local language, like I ever mentioned before, agak terkagum-kagum ngedenger orang sini berbicara.
1. Intonasi. Setiap kalimat diucapkan dengan gaya seperti bernyanyi. Jadi untuk mengucapkan satu kata yang sama, dibutuhkan waktu lebih lama dari orang lain yang bukan berasal dari daerah ini. Misalnya, jangan, the local people will say it, ‘Jaangaaaaaann..’, atau ‘Aaadaa..’
2. Term/word. Di masa-masa awal pindah kesini, agak bingung dengan perbedaan kata/istilah yang digunakan, terutama yang menyangkut alat transportasi. Beuuhh.. Kebolak-balik.
Sepeda motor, itu disebut kereta disini. Atau ada juga yang menggunakan istilah Honda, which is salah satu merk sepeda motor itu. Jadi kalau si A punya sepeda motor Yamaha, maka mereka bakal bilang, misalnya, ‘Naik Honda Yamaha..’
Mobil? Itu disebut motor. Jadi kalau mau merencanakan pergi jalan-jalan bersama satu kantor –yang berarti pesertanya banyak- jangan bingung kalau mereka cuma pake satu motor, karna motor disini muatannya banyak.
Kalau kereta api? Ya, khusus untuk ini, tetap disebut kereta api. Jadi hati-hati kalau mau menyampaikan informasi, misalnya kalau ada yang kecelakaan. Ditabrak kereta atau kereta api?
3. Volume suara. Beberapa kali berada di tempat keramaian, apalagi kalau sedang duduk di tempat makan, yang biasanya posisi duduk akan saling memunggungi tamu lainnya, suka tiba-tiba kaget karna tamu lain yang dipunggungi tiba-tiba berbicara dengan volume sangat keras.
Berhasil tersedak beberapa kali..
4. Pada beberapa kata, mengubah huruf e jadi o dan l jadi k, seperti di kata ‘kecil’ menjadi ‘kocik’, ‘kebun’ menjadi ‘kobun’, ‘pening’ menjadi ‘poning’, dll.
Demikianlah.